"Masih berniat melihat sekarang jam berapa?" Seorang gadis membisiku dengan nada datar. Seluruh tempat itu dipenuhi tawa. Rupanya bisikan itu terdengar ditelingak mereka. Aku membetulkan tempat dudukku, mataku lelah sekali. rambutku berantakan, aku sadar itu. Kuambil ponselku di kantong celana dan melihat ada 2 panggilan tak terjawab dan 3 pesan belum dibaca. Pukul menunjukkan masih diangka 22.31 menit. Aku mendengus tertawa.
"Sebenarnya ini masih pagi." Kata temanku yang duduk dibangku sebelah setir.
"Hmm.. begitu ya?" Kataku menghina. Yang lainnya tertawa kecil.
"Well, bangunkan aku pukul 11." Kataku seraya mengatur posisi tidurku.
"Hey! kau akan melewatkan suasana malam tahun baru yang menyenangkan, ini baru awal." Kataku teman perempuan disebelahku yang jarinya menunjukkan bahwa kami berada di jalan layang. Dibawah kami ratusan, bahkan ribuan lampu kendaraan menginari hampir seluruh jalan raya, suara-suara terompet berdengung seirama.
"Kau berusaha menunjukkan padaku bagaimana bentuk dari sebuah kemacetan?." Kataku bertanya, dan menyimpulkan. Dia tidak menjawab, wajahnya menunjukkan keterkejutan. Yang lain tertawa.
"Aku benar kan?." Kataku polos. Teman perempuanku menghela nafas.
"Baiklah, tidurlah sekarang." Rupanya aku telah mengubah atmosfer dalam mobil ini berbeda dengan 5 menit yang lalu ketika aku masih bermimpi menggapai sesuatu yang tidak kuketahui. Kusenderkan kepalaku di kaca mobil. Menatap titik-titik lampu di luar. Kurasa malam ini akan menjadi malam tahun baru paling aneh, biasanya aku pergi bersama keluargaku. Makan malam bersama disebuah restoran atau main kerumah teman ayah sambil menikmati secangkir teh atau kopi hingga jam menunjukkan pukul 12 malam.
Tapi tidak hari ini. 6 temanku bersama-sama menginjinkanku keluar malam ini. Setelah apa yang kulewati di sekolah, rupanya orang tuaku mewajari bahwa anaknya butuh sedikit hiburan bersama teman-temannya. Tapi justru disitulah poinnya, aku lebih suka menghabiskan waktu tahun baru dikamar, makan kue tar sendirian, ditemani tv dan acara favorit, atau mungkin dibumbui deretan film-film box office dan air putih. Kurasa itu sudah menyenangkan. Aku mencoba menutup mataku, tapi yang ada malah aku segera membuka kelopaknya. Aku menelan ludah dan menatap jalanan lagi. Ponselku bergetar tepat ketika aku menarik tanganku dari cepitan antara kepala dan jendelan mobil. Kuambil ponselku dari kantong dan mendapati 4 pesan belum terbaca. 2 panggilan tak terjawab tadi adalah temanku yang membantu membangunkanku tadi. Kubuka kotak masukku dan pesan itu berasal dari 4 orang yang berbeda, yang pertama dari Tomi, dia adalah kakak kelasku yang pernah naksir padaku dulu, tapi kutolak karena aku tidak bisa balas naksir padanya. Yang kedua dari Chella, dia adik sepupuku yang berada di Palembang sekarang. Yang ketiga dari Ayahku, kurasa beliau masih sempat mengetik beberapa kata untuk putrinya yang sedang hura-hura dimalam tahun baru, lebih tepatnya nimbrung hura-hura, karena aku tidak merasa hura-hura sama sekali sekarang. Dan yang terakhir dari Ian, "tumben dia sms aku." dalam hati berkata.
"Bukannya tadi bilang dibanguni jam 11?." Kata temanku yang sedang menyetir dan melihatku lewat spion depan. Aku mengangkat bahu.
"Ngecek sms." Kataku singkat sambil menggoyangkan ponselku kearah spion. Kembali pada inboxku. Kubuka pesan pertama, dari Tomi. Pesan itu berbunyi,
"Aku sudah menonton film Anne Frank, bagus sekali. Yah.. seperti yang kau bilang. Lagi dimana sekarang? Tahun baru sama keluarga?" Aku menghela nafas dan menjawab pesan itu.
"Baguslah.. semoga kau dapat pelajaran dari kisahnya. Aku lagi tahun baru diluar sama temen-temen." Kupencet Send. Dan pesanku terbalas.
Pesan kedua dari suadara sepupuku Chella.
"hai.. sudah ngecek email? Aku ada kabar tentang penerbit, kurasa kau harus melihatnya. Kau bisa segera diskusi dengan penerbit soal bukumu." Aku menjawab dengan semangat.
"Akan kucek nanti setelah pulang dari acaraku. Terima kasih ya. Selamat tahun baru, salam buat keluarga." Kupencet Send dan pesanku terbalas. Pesan ketiga dari ayah.
"Pulang jam berapa? Ibu menyisakan mie ayam untukmu, jangan pulang terlalu pagi. Ayah minta maaf soal kemarin lusa." Aku menatap keluar jendela. Butuh beberapa menit untukku membalas pesan ayahku.
"Terima kasih untuk ibu, akan kuusahakan pulang sehabis jam 12. Lupakan ayah.. nanti kita bicara lagi." Kataku singkat, lalu pesan balasanku terkirim.
Pesan terakhir dari Ian. Kuambil nafas panjang. Dia sudah lama tidak menghubungiku, setelah tahun baru 2 tahun lalu. Ketika itu kita berebut mengucapkan selamat tahun baru, hingga akhirnya dia mengalah karena menurutnya, kata-kata "Lady's first" adalah kebanggaannya, konyol sekali. Tapi aku menghargai itu.
"Kembang apinya banyak ya?."
Aku memencet tombol scroll bawah, tidak ada. Hanya itu saja pesannya? Aku tertawa tidak percaya. Kualihkan mataku menuju jalanan diluar. Kami terjebak macet diatas jalan layang, dari atas sini, aku bisa melihat banyak kembang api menyala keatas langit dari petak-petak rumah di Jakata. Ada yang berwarna merah, kuning, warna-warni, dan Ungu.
"Aku baru tahu ada kembang api berwarna ungu" Aku menatap kembang api berwarna ungu, tapi warna itu hanya keluar satu kali dari 7 kembang api yang keluar. Kulihat ponselku dan waktu sudah menunjukkan pukul 23.15. Aku berhutang waktu dengan teman-temanku yang kusuruh membangunkanku pukul 11 tadi. Aku membalas pesan Ian.
"dan salah satunya berwarna ungu, aku tidak tahu ada kembang api warna ungu"
Selama beberapa saat, ponselku bergetar. Ian membalas.
"Kau beruntung, aku hanya melihat warna merah disini."
Aku tersenyum.
"Adil, warna ungu itu hanya sekali keluar."
Ian membalas lagi.
"35 menit lagi."
Aku mengecek jam di ponselku. 23.25. Kutunggu hingga menit menunjukkan tepat pukul 23.30 lalu kubalas pesan Ian.
"30 menit lagi." Ponselku bergetar, ada pesan baru. Tapi bukan dari Ian. Kubiarkan pesan itu, aku hanya menunggu pesan Ian. Ponselku bergetar lagi, dari Ian.
"23 menit lagi. Ada permintaan?."
Aku tersenyum. Memikirkan apa yang harus kubalas dari pertanyaannya.
"Aku ingin kau kembali." pikirku dalam hati. Tapi itu tidak mungkin, aku tahu dia sudah bersama wanita lain. Aku kembali menatap jalanan diluar, kami sudah keluar dari kemacetan.
Aku ingat bagaimana pembicaraan kami ketika 2 tahun lalu di tahun baru yang sama. Dia berkata dia menyukai seseorang yang memiliki inisial huruf depan dari namaku, aku tahu bisa saja ratusan orang Indonesia, bahkan belum termasuk orang luar Indonesia. Tapi dia mengenalku, aku mengenalnya. Kami mengenal satu sama lain sama baiknya seperti sepasang kekasih.
"13 menit lagi." Balasku.
Ian tidak membalas pesanku lama sekali. Bahkan ketika aku mengecek jam, pukul sudah meunjukkan tepat di 23.56.
Aku rindu padamu.
Itulah yang ingin kukatakan. Mungkin balasanku yang mengatakan 13 menit tadi adalah peringatan bagi Ian bahwa aku tidak ingin membahas tentang keinginan, dia menghargaiku, dia tahu aku bagaimana. Dalam hati aku hanya bisa merengut, aku tidak akan bisa berhubungan dengan dia seperti malam ini, melalui pesan. Ponselku bergetar lagi. Kubuka ponselku cepat-cepat, Ian.
"3 menit lagi. Aku minta maaf" Air mataku membendung.
Aku tidak tahu mengapa, hati ini sakit sekali. Ingin rasanya mendatanginya dan menyuruhnya mengatakan itu tepat didepanku, seakan aku membencinya. Tapi tidak, aku tidak pernah membencinya, aku merindukannya.
"2 menit. Aku tahu." Jawabku singkat.
Kini air mata itu turun tepat ketika aku menoleh melihat langit diluar. Ponselku bergetar.
"58 detik. Terima kasih." Semua teman-temanku berteriak di mobil, jam detik didekat tape mobil menunjukkan.. 56,55,54,53,52,51,...
Telingaku membendung. Seakan tidak ada suara yang terdengar, kutolehkan mataku melihat teman-temanku yang berteriak bahagia, meniup terompet didalam mobil, tertawa lepas. Hanya aku yang terdiam, aku gugub melihat detik. 42,41,40,39,38, .. Aku ingin keluar dari mobil ini.
Apa yang terjadi denganku?
15,14,13,12,.. ponselku bergetar.
"Inisial itu, memang dirimu, selalu dirimu." Air mata ini turun dalam diam tanpa isakan diantara tawa dan bahagia ini. Entah aku harus bahagia, marah, sedih, terluka?
10,9,8,7,6,5,..
"Kau juga, selalu.." Kupencet send tepat ketika detik menunjukkan pukul 00.00.
"Selamat tahun baru.."
Kataku dalam bisikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar