Something's Gotta Leave

Kamis, 01 Oktober 2015

Dia membalik badan, tidak sekalipun menoleh lagi. Entah bagaimana raut mukanya bercampur muram, puas, dan pandangannya sedikit.. terluka. Dia berjalan cepat, seakan meninggalkan segalanya larut dalam pondasi waktu yang lamban. Adrenalin seorang wanita bukan seharusnya seperti ini, karena biasanya wanita akan menangis lalu tetek bengeknya akan berpuisi luka dalam hati. Tapi justru dia berdoa dalam hati untuk tidak beri rasa apa-apa oleh Tuhan, dia berharap tidak menitikkan air mata, dia berharap tidak berpuisi, dia berharap untuk tidak kembali.
Sebelumnya, bahkan sikap dan gayanya pada saat itu sudah menunjukkan bahwa dia peduli. Dia memberanikan diri mengatakan pada dunia—pada dirinya sendiri, bahwa dia telah membuka hati. Baginya perasaan ini yang sudah lama ditolaknya adalah perasaan ketergantungan, tapi semakin dia terluka, semakin dia mencoba lari—dan semakin itu pula akhirnya jawaban seakan membawanya kembali. Bodoh, tapi dia merasa bukan dia yang bodoh, dia menyukai lelaki yang bodoh.
Bukannya keberadaan dan nyatanya seseorang ada disana bukan hal yang mustahil tidak terlihat? Dalam setiap tikungan yang ada, dia hanya menonton orang baru yang datang lalu membuatnya dilupakan, orang yang datang dengan keindahannya membuat segalanya serasa salah dan percuma. Sedangkan dia hanya mendengarkan lalu memberi senyuman mendukung, lalu.. mendukung atas apa? Atas hatinya yang bersembunyi? Bukan. Atas bagaimana orang bisa tidak melihat kabaikan yang ada ketika melihat keindahan semata. Dan sekali lagi, waktu hanya memberi kesan kosong atas kejadian yang tidak bernilai sama sekali. Buatnya semua seakan abu-abu. Buatnya semua seakan sama. Buang-buang waktu,

             Dan seperti ucapannya dalam hati ketika dia berjalan cepat saat itu, dia tidak ingin kembali. Seseorang lebih pantas mendapat ini daripada dia, seseorang lebih mengerti dan pada akhirnya.. seseorang akan lebih menghargai. Bukankah cukup jika kau mendapatkan hal sesederhana dihargai? Ini bukan soal bagaimana menemukan orang yang tepat lalu menyimpan rasa yang tulus terhadapnya, tapi tentang bagaimana seseorang bisa dilihat keberadaannya, bukan hanya fisiknya, tapi jiwa.. hatinya. Dan akhirnya.. saat berbelok ditikungan suara-suara memanggil namanya dari belakang, dia tidak menoleh dan terus berjalanseperti hati wanita itu yang perlahan tergerak untuk pergi.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS