Dan lagu damai itu mengalun lembut melewati rambut seorang gadis yang tergerai berkilau ditelinga hingga pundaknya. Dia tertidur sunyi, lagu itu membawanya menuju lautan mimpi yang entah akan sejauh mana membawa dirinya. Jarinya yang panjang masih melingkarkan sebuah pena yang jaraknya beberapa milisenti dari lembaran kertas yang sudah hampir terisi penuh. Hembusan nafasnya tenang melewati pantulan kertas karena tidurnya dengan posisi miring.
Malam itu hujan turun kecil-kecil, jendela kamarnya terbuka sedikit dan menampakan bulan yang masih terang menggantung diawan. Sebuah tulisan tertoreh dibaris pertama kertasnya. Tulisan itu dapat terbaca dengan jelas. Lekukan huruf yang tertera disana meninggalkan cerita sendiri bagi yang mengamati. Ketika kau membayangkan bagaimana rasanya berdiri diantara semua kebohongan yang mengelilingi, dan kau hanya diam ditengah, marah tapi tidak tahu harus bagaimana. Itu yang terbaca jelas.
"..mungkin ini tempatku. Saat aku melihat bagaimana dua manusia itu bisa bersama lagi. Lalu apa peranku disini? Hanya menonton? Tidakkah manusia memiliki filmnya masing-masing dan dia sendiri adalah tokoh utamanya? Aku bahkan benci harus percaya dengan semua kebohongan ini, kebohongan dari mulutnya. Tidak ada yang nyata didunia ini selain 3; hidup, mati, dan Tuhan. Selain itu hanya ada luka, hanya ada potongan kecil cerita yang suatu saat bisa dikenang.."
Hanya itu. Dia menuliskan kalimat itu dalam tanda petik di awal dan akhirnya. Lalu baris kedua tertera panjang.
"Hidup mengajarkan bagaimana kita bertahan diantara sifat manusia yang berbeda-beda. Unsur yang belum tentu bisa menyatu layaknya air dan minyak yang dengan cara apapun tidak akan bisa tercampur. Dan dari itulah kita terus belajar dan mengerti bahwa setiap unsur memiliki kelemahan, layaknya manusia yang memiliki kekurangan. Dan diantara unsur yang berbeda, ada satu zat yang dapat membuat semua bisa tercampur sempurna. Saat kau merasakannya, tentu saja kau akan merasa hidupmu utuh, inilah hidup yang sesungguhnya. Dimana bagaimanapun caranya, kau akan selalu dapat melihat kebahagiaan bahkan hanya dengan melihat kehadirannya. Layaknya cairan berwarna merah marun dan berbau harum, dengan melihatnya sudah membuat siapun kagum dan bertanya-tanya cairan apa itu, itulah cinta. Racun.
Didunia ini, kebaikan dan keburukan hanya dalam dongeng. Karena didunia nyata, bahkan orang baik pun bisa menjadi orang yang jahat. Itulah hidup, siklusnya yang berputar dan tidak ada yang tahu kemana arahnya..."
Baris itu berhenti tepat tertutupi oleh tangan gadis itu. Baris selanjutkan dapat terlihat sedikit dibalik jarinya.
"...lelaki itu mulai memainkan instrumen sebuah lagu di pianonya, wajahnya menghayati penuh letika satu demi satu irama dibunyikan. Dari kejauhan aku melihatnya bukan seperti manusia yang pernah kukenal. Dia orang lain. Instrumen itu bercerita sesuatu, sebuah cerita dibalik irama piano, gitar instrumen, dan biola. Kurasa aku tahu siapa yang menginspirasikannya. Menginspirasikan cerita itu.
Ketika seorang pria mengungkapkan siapa dirinya pada wanita yang dia cintai, hal yang tidak diketahui wanita itu. Dan hal yang paling ditakutkan dalam hidupnya untuk bertemu dengan pria seperti itu, tapi tidak, kini pria itu berdiri didepannya. Pria yang dia cintai, seseorang yang dia takutkan selama ini. Tapi toh wanita itu tahu, dia mencintainya, itulah yang terpenting. Kita hanya perlu menerima tanpa meminta.
"Aku minta maaf." Itu bukan kalimat yang terucap kala semua benar-benar seharusnya terjadi. Manusia hidup memiliki alasan, seperti halnya takdir. Dan setiap kesalahan bukanlah akhir dari semua, itu hanya pembelajaran. Dan alasanku hidup seperti benang, aku tidak tahu kemana akhir dari benangku, aku juga tidak tahu benang siapa saja yang terlilit secara tidak sengaja pada benang takdirku, yang aku tahu, jika aku harus memotong benang itu, maka aku akan memulai dari awal lagi, dan itu buang-buang waktu. Maka aku akan mengais benangku, melepaskan ikatan rumit dari benang orang lain yang melilitku, lalu menelusuri kembali, dan seterusnya. Hingga akhir.
"Terima kasih." Itu bukan ucapan yang harus dibendung dengan paksa. Karena semua ini adalah pemberian, unsur hidup, racun, benang. Semua adalah perumpamaan yang setiap orang akan memiliki pengertiannya masing-masing. Ucapkan dengan tulus, karena tidak ada yang sia-sia didunia ini selama kalimat itu masih ada.
Dan ya, aku lelah sekali. Malam ini hujan deras, dan lagu ini akan terus menyala entah sampai kapan. Orang datang dan pergi, terus seperti itu, ada sebagian yang meninggalkan unsurnya yang tidak akan menyatu, ada beberapa yang meninggalkan cairan merah marun indah sebagai hadiah selamat tinggal, dan ada yang meninggalkan potongan benangnya dalam benang kita lalu tiba-tiba mereka pergi begitu saja, seperti angin. Entah waktu akan mempertemukan orang-orang itu kembali, dan itu ada pada cerita lain. Ya, setiap orang akan memiliki persepsi sendiri terhadap perumpanaan tadi. Seperti judul lagu ini,
Au Revoir(Sampai bertemu lagi)..."
Tulisan itu berakhir.
Nafas lembut gadis itu masih menjadi irama alunan selaras dengan suara gerimis dan lagu yang masih menyala menemani entah sampai kapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar