Ara Kisah Empat

Kamis, 02 Februari 2017



Sepanjang perjalanan itu kami tahu, aku tahu. 
Tiada jeda menggebu diantara dua tangan itu.
Yang tahu dimana tempat jiwa ini bertemu.
Yang tahu kapan aku dan kamu berlebur tawa dan sendu.

Kau benar, "kamu masih mau berteman sama aku yang kaya gini?" adalah rahasia yang akupun tak tahu. Hampir tiga kali lebih kau bertanya itu setelah membuang kisah rahasia hidup yang kau pendam selama itu. Untuk kesekian kali, kaki ini berhenti, kaki ini tertegun, 

hati ini pulang

aku pulang.


Pernahkah kau mendengar bahwa manusia memiliki satu jiwa di masing-masing raga dan tidak akan ada yang menggantikannya? Kurasa aku sudah sangat jauh berjalan, kita saling jauh berjalan. Tapi selalu kutemukan pulang dalam dua mata dan senyum itu. Aku selalu temukan dirimu yang membelah kegesitan dalam kekuranganku, dan menghilangkannya dengan cara yang ajaib, yang aku tak tahu caranya—tapi kau selalu tidak lari untuk melakukan itu. 

Mereka selalu lari, mereka selalu pergi. Mereka selalu lupa, mereka selalu melukai.
Kuharap tidak darimu, kita sudah saling tahu masing-masing tangan itu, kisah-kisah itu. 

Singkatmu hanya tegukan manis dalam lelahnya jeraku. 
Tidak ada yang bisa menggantikan momen yang detiknya membuatku tidak ingin ada esok dan kemarin.
Hanya hari itu, hanya dua insan kesepian itu.

"Selalu ada cerita kalau kita ketemu." Kata perempuan itu dengan nada sedikit tertawa.
"Selalu susah kan?" Tanya lelaki itu.
"hmm
Tapi ga kerasa.." Jawab perempuan itu dengan pelan dan dalam.

Keduanya menoleh untuk saling tersenyum. Damai. Hangat.


"..untuk entah keberapa kalinya.. aku pulang.."





Koordinat -7.418869 , 112.693482. 
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS