Ocean; Introducing Pacific.

Minggu, 28 Agustus 2016




Terlalu banyak hal kompleks didunia ini, manusia dan cara berpikirnya, serta hal-hal sepele yang tidak masuk akal seperti skenario Tuhan yang tiada satu orang yang tahu jalannya.

Ketika itu umurku baru 9 tahun. Belum genap 10 tahun untuk tahu bagaimana dunia itu sebenarnya. Semua baik-baik saja, tentu saja. Buku-buku yang sudah banyak terbaca menandakan aku sangat menyukai hal-hal magis dan bagaimana hal-hal baik akan selalu menang melawan hal-hal yang jahat. Terima kasih untuk J.K Rowling yang mengajarkanku percaya akan hal itu, jelas ini bukan dari didikan orang tua. Poin plus saat itu, beruntung sejak Sekolah Dasar aku sudah banyak membaca buku-buku yang judulnya baru dikenal orang-orang sekitarku ketika aku sudah remaja, setidaknya begitu pandangan pribadiku saat ini.

Back to 2007,
Pada suatu ketika gadis itu duduk sendirian, menuliskan sesuatu di kertasnya. Aku hanya memperhatikan setiap wajah-wajah baru yang akan menemaniku selama satu tahun kedepan, setidaknya begitu. Dia selalu duduk sendirian, terkadang hanya satu orang perempuan yang duduk mengajaknya bicara, tapi selain itu tidak ada yang mengajaknya sekedar berbincang. Raut wajahnya terlihat tidak bersahabat, akupun tidak tertarik untuk bicara dengannya, tapi dengan parasnya yang cantik dan serius memberikan pandangan padaku bahwa dia orang yang cerdas. Hingga suatu saat, kami sekelas kalah dalam permaianan melawan guru yang mengharuskan kami menerima hukuman dengan mengerjakan tugas yang pada saat itu, lumayan berat untuk dikerjakan.

Gadis itu tiba-tiba mengankat tangannya lalu bicara,
"Saya boleh minta keringanan bu?." Dia bicara diantara keramaian kami yang mulai mengeluh untuk menerima hukuman. Bagiku, pernyataan itu baiknya dikatakan oleh ketua kelas, dan sangat jelas pula ketua kelas hanya diam dan nurut dengan aturan permainan. Bagi kami semua sekelas, gadis yang jarang bicara dan sering mendapatkan nilai bagus dikelas akhirnya bicara. 

"Kamu mau minta keringanan apa?." Dia diam, memikirkan sesuatu. Karena kami sekelas isinya perempuan semua, kamipun hanya bisa diam melihat guru dan gadis itu dengan atmoster takut bercampur setuju asal tidak dengan tugas itu.
"Kalau saya nyanyi didepan kelas bu?." Katanya sembari sumringah. 
"Kamu yang nilainya paling tinggi itu bukan?." 
"Bukan bu, saya tengah-tengah. Saya cuma berpendapat saja kalau boleh minta keringanan. Teman-teman sepertinya juga setuju." Katanya. Baru masuk Sekolah Menengah sudah berani melobby guru menurutku tindakan yang belum pernah kutemui sebelumnya. Kami pun akhirnya membantunya mengeluarkan suara kami untuk setuju. 

Beruntung guru kami tidak begitu menakutkan dan akhirnya setuju. Gadis itu maju kedepan dengan jalannya yang casual dan mulai menyanyikan sebuah lagu barat yang baru kutahu judulnya.. ya ketika aku sudah tingkat dua di masa itu, If You're Not The One dari Daniel Bedingfield. 

Suaranya bagus, nadanya pas dan bahasa Inggrisnya sudah selancar itu. Benar-benar membuatku kagum dan teman-teman sekelas juga melucutkan ekspresi yang sama. Setelah dia menyanyikan lagu itu, dan hukuman yang ditiadakan serta teman-teman yang mulai mau berteman dengan dia kamipun menjadi dekat. Kami banyak menghabiskan waktu bersama dan mengenal satu sama lain. 


Agustus 2016,
Malam itu kami berkumpul. Bertiga, setelah hampir 6 bulan tidak bersua. Wajah-wajah yang selalu ada dalam umur-umur dan kejadian-kejadian tak terlupa dalam hidup. Sembilan tahun juga aku bersama gadis itu, gadis yang serontak paling berani dikelas ketika awal kami mengenal satu sama lain. Gadis yang baru diumurnya yang 7 tahun memergoki ayahnya berselingkuh dengan wanita lain dan diumur yang sama harus melihat perceraian kedua orang tuanya secara langsung, gadis yang sejak dimasa Sekolah Menengah Pertama harus berjuang dewasa sendirian dengan kondisinya sedangkan teman-temannya yang lain masih dirangkul oleh orang tuanya. Begitu setelahnya, kejadian-kejadian yang secara nyata kulihat sendiri bagaimana gadis itu berjuang sendiri melihat dunia. Tidak ada yang sempurna, begitu pendanganku setelah bersamanya hampir 10 tahun lamanya, sebagai teman terbaiknya.

"I wanna hate my life, but instead, I can't, this is what I have.
So many girls over there who has a big dream, big goals; a man who loves her someday, high education that can make her more smarter, family who always support her, friends, anything.
Once upon a time, I had that memories, and in that day as well my life shows my reality, it makes me awake, my real life, and I can't runaway for that. Am I scared? Sure.
So what I doing now is, I wanna life, just for today, every single day I said that to myself in the mirror after I woke up.
Tomorrow? I don't know.
I just wanna do my best for the day that I had, and for dream, no one knows, even me. But like you guys know, you can always get up from a dream, face reality and catch it." (Pacific, 2016)



(to be continued)
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS