Bahkan saat mata ini melihat mata itu, aku tahu sudah sejauh mana hati ini berlabuh. Sampai pada akhir dimana aku harus melihat mata itu yang menunjukkan sosok lain, ya sosok lain. Mengapa manusia datang dengan mudah lalu pergi begitu saja? Meninggalkan kisah lama yang pada akhirnya hanya menoreh luka dan meninggalkan raga ini menangis sendiri? Mengapa tidak hanya ada satu nama saja dihati ini ketika sudah benar-benar memilih? Mengapa?
"Aku tidak pergi, aku tahu dia akan disini. Aku tahu.."
"Tapi dimana? Sampai kapan nunggu yang ga akan pernah datang?." Aku menatap kosong. Air mata ini membendung. Aku yakin dia datang, aku selalu yakin itu. Dia sedang dalam perjalanan, aku akan menunggunya.Bahkan tempat ini akan selalu sama. Semua posisi benda di ruangan ini sama, tapi aku yang berbeda, dan dia. Tapi toh ruangan ini adalah tempat kami, kami menyimpan banyak kisah disini, kami menaruh tawa kami, tangis kami, rindu kami, janji kami, di ruangan ini. Dan aku sendiri, entah sampai kapan menunggu semua isi ini terasa lengkap saat kau tiba. Entah kapan. Dan diluar sana, entah dimana. Aku selalu berharap dirinya baik-baik saja. Tidak perlu sepertiku yang menunggu disini, yang entah sampai kapan akan berpura-pura menutup ruangan ini dengan tersenyum. Aku lupa bagaimana rasanya air mata ini turun begitu saja saat harus menahan ini semua. Aku lupa bagaimana rasanya raga ini lelah saat menopang rasa sakit ini. Aku lupa bagaimana rasanya menaruh wajah semua baik-baik saja saat aku tahu bahwa aku tidak bisa begini. Cinta tak akan pernah menunjukkan sakit dengan cara ini. Tapi aku mencintainya, selalu. Bahkan dengan kekurangan itu aku selalu melihat indahnya dirimu, dirimu yang selalu buatku tenang. Hati ini tidak akan salah. Kaki ini sudah melangkah terlalu jauh saat harus menoleh kebelakang lagi. Mengapa harus kebelakang? Bukankah masa lalu adalah bentuk lain dari pilihan kita saat ini? Disini, hanya ada satu ruangan itu yang entah sampai kapan ada disana, meninggalkan debu disetiap sudutnya, meinggalkan kekosongan yang membayangkan kenangan lalu, dan kami yang kini yang entah sampai kapan harus lari lagi dari rasa ini.