Dear, Desember.

Jumat, 07 Desember 2012

Aku terdiam di sudut kursi disaat hujan turun. Gemuruh berbunyi kencang saat aku mulai mengetik kisah ini padamu, ya padamu yang akan membaca kisah ini.
"Bagiku, mengenal seseorang tidak hanya sekedar mengenalnya. Tapi mengingatnya. Mengingat setiap kisah ketika bersamanya.
Dia adalah sosok yang seakan tidak pernah peduli akan hidup orang lain. Sosok yang jelas sekali tidak ingin aku tahu seluk beluk hidupnya, sosok yang tidak akan pernah ingin aku tahu siapa dia sebenarnya.
Dan Tuhan selalu punya jalan lain, kami dipertemukan dengan sifat dan kisah yang berbeda. Dia adalah sosok pendengar yang baik, dia selalu menatap mataku saat aku bercerita entah apa kisah itu. Sosok yang jauh diatas pikiranku, dia sungguh baik.
Aku menangisi sesuatu disaat aku bahkan tidak mendapati dirinya yang melihatku, aku menangisinya mengharap dia tahu betapa aku peduli padanya. Aku berdoa dalam diam, berharap dia tahu betapa aku ingin dia mengerti bahwa aku disini selalu mengharap yang terbaik dalam dirinya. Aku tersenyum disaat dia bahkan tidak menoleh sedikitpun saat aku berharap dia sekedar menatap mata ini.
Alasan dimana hati ini direngut rasa sayang yang bahkan tanpa disadari telah menyakiti raga ini. Rasa sederhana dimananya namanya adalah alasan bagiku untuk terus menangis demi membuatnya sadar akan rasa ini.
Dia adalah yang pertama, yang membuatku bertahan akan sikapnya yang selalu buatku bertanya-tanya sejauh mana sayang ini padanya. Sayang yang berubah menjadi tulus hingga suatu saat harus berlalu.
Hati bukan bongkahan barang yang harus selalu didiamkan. Hati adalah barang yang harus dirawat. Barang yang layak dibersihkan, ditaruh di tempat yang seharusnya. Bukan sesuatu yang pantas didiamkan dan diletakkan tidak pada tempatnya.
Karena suatu saat kau akan sadar, barang itu menangis, menangisimu, mengharap kau selalu menjaga barang itu.
Raga itu hampir menyatu, dia mengerti diriku, begitu juga diri ini yang mengerti dirinya, yang selalu mencoba menjadi tempat naungan tawa disaat dia membutuhkannya dari kerasnya kehidupan ini.
Mencintaimu adalah anugrah. Tapi bukan untuk kupertahankan. Mencintaimu adalah tangis yang suatu saat harus terhapuskan oleh tawa. Mencintaimu adalah ucap yang suatu saat akan terganti..."
Aku menangis. Ya, tau kah kau? Aku bukan wanita yang mudah melupakan sesuatu. Hujan diluar hampir sebanding dengan air mata yang menetes di pipi ini. Aku mengingat kisah dimana aku pernah menulis sebuah kisah dimana aku berkhayal kau pergi, kau pergi jauh dengan adanya seseorang yang lain dalam hidupmu.
Dan aku disini terdiam. Melihatmu menggandeng tangan orang lain. Tapi aku sadar, dengan mengingat kisah aku mengerti, sedalam itulah cinta ini padamu. Cinta yang dengan susah payah kupertahankan sampai seseorang tiba dihidupku, membangunkanku, mengelus rambutku dan mengatakan "Aku disini, jangan menangis lagi..", yang membisikkan padaku bahwa aku sedang dalam mimpi buruk. Tidak, ini bukan mimpi buruk, bersamamu adalah mimpi indah. Dan aku tidak melupakan itu.
Maafkanlah diri ini. Semua canda tawa yang dilewati adalah mimpi indah yang tak terelakkan. Jangan pernah lupakan itu, karena aku disini, tidak akan melupakan itu sampai kapanpun. Sampai suatu saat aku bertemu lagi denganmu dengan kehidupan yang berbeda
Aku mengambil nafas panjang, membersihkan air mata diwajah ini lalu tersenyum. Berharap tidak hanya aku disini yang tersenyum, tapi dirinya. Yang kuharap membaca kisah ini jauh disanaya,
Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS