Don't Go..

Sabtu, 24 Desember 2011

Ini jelas bukan kabar baik. Melihat mereka membicarakan sesuatu dari jauh, aku hanya bisa terdiam ditempat, kakiku kaku untuk melangkah menghampiri mereka. Aku menunduk, tersenyum sendiri, lalu perbalik pergi. Kau pantas menamparku dengan cara seperti ini, aku bahkan tidak merasakan pipi ini lebam, tapi hatiku lebam. Kau menampar hatiku. Aku merasakan suara sepatu high-heals ini berbunyi ketika aku melangkah keluar bangunan ini. Menelan ludah sebentar, lalu aku berjalan meninggalkan tempat itu. Rasanya sakit sekali, membayangkan semuanya begitu sempurna, tapi menjadi retak seketika. Aku ingin lari dari mata mereka, aku ingin hilang, biar mereka bahagia tak ada seseorang yang akan menganggu putra mereka. Aku jelas memilih hal itu apabila orang tuaku tidak disini. Tapi aku tahu, aku tak akan pernah bisa lari. Suara langkah kaki mulai mendekat, seseorang menyentuh pundakku, sentuhannya lembut, aku berbalik melihat siapa dia. Dia terengah-engah, menatapku dengan dalam.
"Kenapa pulang?." Ujarnya. Aku menatapnya, berusaha meluruskan wajah ini. Kau tak boleh menangis didepan dia. Pikirku dalam hati.
"Maaf, Ibuku telfon berkali-kali. Aku pikir ada sesuatu yang terjadi.." Kataku memohon. "Maaf.." Kataku lagi. Dia menatapku, wajahnya sendu.
"Kau setidaknya bicara padaku.." Katanya setengah tertawa. Atmosfer diantara kami jelas beda, kami sama-sama menenangkan situasi ini.
"Aku pikir kau sedang sibuk, aku tidak ingin menganggumu. Sungguh.. kau terlalu baik.." Kataku terbata-bata.
"Aku antar pulang ya?." Aku terdiam. Jantungku berdegub keras. Aku ingin bersamamu, dalam hatiku berteriak begitu. Hati ini sesak. Ada sesuatu yang kutahan dan tak boleh kukeluarkan. Aku menahan pikiranku.
"Aku bisa pulang sendiri. Mungkin ayahku akan menjemputku. Aku akan menelponnya sebentar lagi.." Kataku sembari tersenyum tenang. Memasang tampang sebiasa mungkin. Aku tak ingin dia tahu aku tlah membendung air mata ini sepersekian detik selama percakapan ini berlangsung. Dia menatapku dengan tenang, aku menatap matanya. "Ya Tuhan.. aku bahkan tak akan pernah berniat membuat mata itu menangis.."
"Kau yakin tidak apa-apa?." Katanya. Aku tertawa kecil.
"Kau menghinaku?." Kataku lagi, menaikkan satu alis. Topeng yang sempurna. Dia tersenyum. Maka aku tersenyum.
"Aku akan baik-baik saja." Kataku meyakinkan. Dia menarikku dan memelukku. Aku merasakan hembusan nafasnya membuat rambutku bergerak lembut. Entah bagaimana, aku tidak bisa membendung air mata ini lagi. Kubiarkan air mata ini keluar sebentar. Ya Tuhan.. aku sayang padanya. Entah apa yang bisa kulakukan bila aku tak bersamanya lagi. Entah apa yang bisa kupikirkan selain dirinya. Biarkan kami terus begini.. AKu membuka pelukan kami. Dia mengecup lembut dahi ini. Aku menutup mata dan menghayati ini semua. Lalu dia melepas genggaman tangan ini pada tubuhku. Aku tersenyum lalu pergi darinya. Aku tak akan menoleh.. tidak.. Air mata ini jelas keluar tanpa aku memulainya. Aku tidak ingin mencari sesuatu yang bisa melukai orang yang kusayang. Jika ini berakhir.. maka aku akan membiarkan dia pergi. Aku tak akan pernah ingin pergi.. aku akan selalu disini..
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS